Trending

Program Makan Siang Anak Sekolah di Jepang: Rujukan sekaligus Tantangan dalam Implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia

Oleh: Puji Eddi Nugroho, Ph.D.

Jepang adalah salah satu negara maju di dunia yang dikenal dengan kemajuan teknologi, budaya, dan pendidikannya. Namun, di balik kesuksesan tersebut, ada salah satu program yang telah berjalan sejak lama dan memberikan dampak positif bagi generasi muda Jepang. Program tersebut adalah program makan siang di sekolah atau disebut dengan kyushoku (給食) di Jepang.

Negara Jepang sudah berpengalaman menerapkan program makan siang bagi pelajar sejak akhir Perang Dunia II. Waktu itu pemerintah Jepang melihat banyak anak-anak kekuarangan gizi dan malas sekolah. Akhirnya untuk memperbaiki kondisi tersebut, pemerintah Jepang mengadakan program makan siang hingga hari ini. Awalnya, program tersebut diperuntukkan bagi siswa-siswi yang kurang mampu. Namun, pemerintah Jepang kemudian mengeluarkan peraturan di tahun 1954 mewajibkan semua siswa sekolah dasar dan menengah mendapatkan makan siang di sekolah. 

Manfaat Program Makan Siang Sekolah

Program makan siang untuk anak sekolah di Jepang tidak gratis. Pemerintah daerah memberikan subsidi sekitar 50 persen dari biaya makan siang, sedangkan sisanya ditanggung oleh orang tua siswa. Namun, besaran subsidi berbeda-beda tergantung kemampuan pemerintah daerahnya. Dimana orang tua siswa tetap harus ikut berkontribusi membayar untuk program makan siang setiap bulannya. Seperti di wilayah Kota Ichikawa, perfektur Chiba, setiap siswa SD mendapat makan siang setiap hari atau 20 hari selama sebulan (Sabtu dan Minggu libur sekolah). Besaran uang yang harus dibayar oleh orang tua sebesar 5.000 Yen setara dengan Rp500.000,00 setiap bulan atau Rp25.000 per porsi makan siang. Memang ada subsidi dari pemerintah Jepang per porsi, karena dengan besaran yang dibayar orang tua tidak mencukupi untuk biaya per porsi makanan.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, gizi, dan pendidikan anak-anak Jepang, serta mengajarkan mereka tentang etika, kerjasama, dan budaya makan. Beberapa hal yang membedakan program makan siang sekolah di Jepang dibandingkan dengan program serupa di negara lain.

1. Menu makan siang yang bergizi dan bervariasi 

Menu makan siang di sekolah Jepang tidak hanya sekadar mengenyangkan, tetapi juga sehat, seimbang, bervariasi, dan bergizi. Menu makan siang akan mencakup hidangan utama seperti kari, mie dingin, daging sapi, dan ikan, lauk pauk seperti salad, sup, atau sayuran, dan buah-buahan. Menu makanan dilengkapi dengan susu atau yogurt. Ada banyak pilihan menu makan siang sekolah yang disediakan termasuk masakan tradisional Jepang, masakan Barat, dan hidangan dari berbagai negara di dunia. 

Menu makan siang di sekolah Jepang juga disesuaikan dengan musim, daerah, dan kebutuhan gizi siswa. Misalnya, pada musim dingin, menu makan siang akan lebih hangat dan berkalori tinggi, sedangkan pada musim panas, menu makan siang akan lebih sejuk dan ringan. Selain itu, menu makan siang juga memperhatikan keanekaragaman budaya, seperti menyediakan makanan vegetarian atau bebas alergi.

Ahli gizi juga dipekerjakan untuk mengatur dan menyiapkan menu makan siang para siswa. Mereka membuat daftar menu makan untuk selama 1 bulan. Menu makanan yang dikonsumsi sangat sehat dan mengandung protein, karbohidrat, dan lemak. Terkadang menunya juga memanfaatkan agenda atau hari-hari besar tertentu untuk memperkenalkan jenis makanan kepada para siswa. Susu disajikan setiap kali makan. Tersedia juga makanan penutup seperti agar-agar, es krim, minuman probitotik yakult, yogurt, atau buah-buahan.

Menu makan siang sekolah di Jepang dibuat dan diawasi secara ketat baik jenis makanan, kandungan gizi hingga takaran kalori yang disesuaikan dengan kebutuhan anak sesuai usianya. Kandungan garam dan gula juga dikontrol agar tidak berlebihan. Tentunya menu makanan harian untuk anak-anak, pasti akan berbeda dengan dewasa.

2. Penyajian dan pembuatan makan siang higienis dan partisipatif 

Proses penyajian dan pembuatan makan siang di sekolah Jepang tidak hanya dilakukan oleh juru masak/koki, ahli gizi, tetapi juga melibatkan siswa dan guru. Ketika waktu makan siang sudah tiba, anak-anak akan makan makanan yang sama. Di setiap kelas ada sekelompok siswa bergiliran selama seminggu sebagai petugas makan siang. Mereka akan mengenakan celemek, topi, dan sarung tangan, memeriksa suhu dan kualitas makanan sebelum disajikan. Bertanggung jawab untuk mengambil makanan dan peralatannya dari dapur sekolah, kemudian menyajikannya kepada teman-temannya di kelas. Sementara, siswa yang lainnya juga harus membantu menyiapkan meja dan kursi. Setelah selesai pun, mereka diajarkan membereskan, membersihkan sampah dan kemudian mengembalikan peralatan makan ke dapur sekolah. 

Selain itu, setiap siswa juga harus mengucapkan ‘itadakimasu’ sebelum makan dan ‘gochisousama’ setelah makan, sebagai tanda rasa hormat dan syukur atas makanan yang diberikan. Guru juga ikut serta dalam proses makan siang, baik sebagai pengawas, pembimbing, maupun peserta. Guru akan makan bersama siswa di kelas, dan membantu mereka belajar tentang etika, kerjasama, dan budaya makan. 

3. Manfaat makan siang dari aspek fisik sampai emosional dan sosial 

Secara umum, siswa dibanyak SD Jepang makan siang di ruang kelas sekolah mereka, dengan semua orang menggunakan sarana dan menu yang sama. Manfaat makan siang di sekolah Jepang tidak hanya terbatas pada aspek fisik, seperti kesehatan dan gizi, tetapi juga melampaui aspek sosial, emosional, dan intelektual. Saat makan bersama, siswa dapat berinteraksi, berbagi, dan bersosialisasi dengan teman sekelas dan guru. Mereka juga dapat belajar tentang nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerjasama, disiplin, dan rasa hormat. Selain itu, juga menjadi sarana untuk mengenalkan siswa tentang berbagai jenis makanan, budaya, dan pengetahuan.  

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa program makan siang di sekolah Jepang memiliki dampak positif bagi perkembangan siswa. Penelitian oleh Universitas Hiroshima tahun 2016 menemukan bahwa siswa yang mengikuti program makan siang di sekolah memiliki tingkat kehadiran, prestasi, dan kesejahteraan yang lebih tinggi daripada siswa yang tidak mengikuti program tersebut. Penelitian lain oleh Universitas Tokyo pada tahun 2019 menemukan bahwa program makan siang di sekolah dapat meningkatkan kemampuan kognitif, memori, dan konsentrasi siswa.

Hasil interview dengan Nishimura Masahiro, salah seorang praktisi pendidikan, mantan Kepala Sekolah SD di Ichikawa-shi, Chiba juga sekaligus mantan guru Sekolah Internasional Jepang di Jakarta, bahwa untuk lebih murah dan pertimbangan jumlah anak sekolah yang tidak banyak, maka proses memasak dapat dilakukan di dapur pusat untuk memenuhi kebutuhan makan siang beberapa sekolah. Sehingga butuh pendistribusian makanan dari dapur pusat ke beberapa sekolah.

Sekitar 30% - 40% sekolah di Jepang memiliki dapur sendiri. Peralatan dapur berasal dari Pemda. Menunya lebih bervariasi dan lezat. Pernah terjadi kasus keracunan siswa karena menu daging yang tercemar. Sehingga ada pengawasan atas keamanan, kebersihan makanan dan bebas dari bakteri yang menyebabkan keracunan. Kontribusi orang tua siswa untuk pembiayaan makan siang sekolah berbeda-beda antar daerah, tergantung kebijakan daerah. Untuk wilayah Kota Ichikawa Prefecture Chiba, harga makan siang untuk siswa SD sebesar 311 Yen dan siswa SMP sebesar 396 Yen. Untuk kebersamaan, selain siswa, para guru dan tenaga kependidikan juga menikmati makan siang bersama. Sehingga ada kontribusi pendanaan dari guru dan tenaga Pendidikan. Tujuan program makan siang antara lain agar siswa senang untuk rajin masuk sekolah, perbaikan gizi, dan untuk kesetaraan antar siswa.

Tantangan dan Peluang di Indonesia

Beberapa minggu yang lalu, beberapa pemerintah daerah di Indonesia dengan bekerja sama dengan beberapa BUMN dan BUMD telah melakukan uji coba implementasi program MBG di beberapa sekolah SD dan SMP, seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Surabaya. Para siswa sangat antusias dan bahagia menikmati makan siang gratis dengan menu yang sehat dan bergizi.  

Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan diimplementasikan mulai tahun 2025 akan membutuhkan anggaran yang lebih besar daripada di Jepang. Mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk terutama anak sekolah yang jauh lebih besar sehingga program tersebut akan menjangkau lebih banyak. Untuk implementasi Program MBG tersebut memerlukan infrastruktur yang memadai untuk menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan makanan. Di Jepang, infrastruktur untuk program makan siang sekolah sudah terbangun dengan baik, seperti dapur sekolah, ruang makan, peralatan makan, dan transportasi makanan.

Di Indonesia, infrastruktur untuk program makan siang gratis masih perlu dibangun atau dikembangkan, terutama di daerah-daerah terpencil, terluar, dan tertinggal. Selain itu, program tersebut juga harus memperhatikan aspek kebersihan, keselamatan, dan kualitas makanan.

Program MBG juga harus sesuai dengan budaya dan kebiasaan masyarakat. Di Jepang, program makan siang sekolah sudah menjadi bagian dari pendidikan, yang mengajarkan anak-anak tentang etika, kesehatan, budaya, dan kerjasama. Di Indonesia, program MBG masih perlu diterima dan dimengerti oleh masyarakat, terutama orang tua, guru, dan siswa. Program ini juga harus menghormati keberagaman agama, suku, dan daerah, serta menyediakan menu makanan yang halal, sehat, dan bergizi.

Program makan siang di sekolah Jepang adalah salah satu contoh bagaimana pemerintah, sekolah, dan masyarakat bekerja sama untuk menciptakan generasi muda yang sehat, cerdas, dan berkarakter. Sehingga program MBG nantinya juga menunjukkan bahwa makan bersama tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun hubungan, nilai, dan pengetahuan. 

Dengan adanya keterbatasan anggaran pemerintah, program MBG anak sekolah dapat diimplementasikan secara bertahap, diprioritaskan pada daerah penanganan stunting, daerah dengan status tertinggal, terdepan, dan terluar serta daerah dengan kemiskinan ekstrim. Program MBG nantinya dapat memastikan bahwa anak-anak sekolah mendapatkan nutrisi yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka, serta meningkatkan konsentrasi dan performa akademik di sekolah. 

Menu yang disediakan dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, dengan memperhatikan keseimbangan antara karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral. Dengan MBG, anak-anak lebih mungkin untuk hadir di sekolah dan dapat belajar dengan lebih baik karena mereka tidak terganggu oleh rasa lapar dan keinginan jajan makanan yang tidak sehat. Selain itu, MBG berfungsi sebagai sarana edukasi tentang pentingnya pola makan sehat. Anak-anak diajarkan untuk menyukai makanan sehat dan bergizi sejak dini. Dapat meringankan beban ekonomi keluarga dengan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan untuk makan siang anak-anak mereka. Dapat melibatkan kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan organisasi non-pemerintah untuk pendanaan, penyediaan makanan, dan pelaksanaan program secara efektif. Selain itu, berpotensi untuk menyerap banyak tenaga kerja dan pemberdayaan ekonomi lokal seperti UMKM melalui penggunaan bahan pangan lokal dalam program MBG. Pada akhirnya, program MBG juga diharapkan dapat memberikan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan inklusif.

Kesimpulan 

Program makan siang sekolah di Jepang adalah contoh yang sukses dari program nasional untuk mendukung kesehatan dan pendidikan anak-anak. Dengan menjamin bahwa setiap anak mendapatkan makanan bergizi setiap hari, program ini membantu membangun fondasi yang kuat untuk generasi masa depan. Ada aspek edukatif dari program ini, karena membantu menanamkan nilai-nilai kebersihan, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap makanan.

Dengan pengelolaan yang baik dan dukungan dari pemerintah serta masyarakat, program ini terus akan menjadi inspirasi bagi negara-negara lain yang ingin meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan anak-anak sekolah. Program makan siang di Jepang memang sangat berdampak terhadap kualitas kecerdasan anak-anak. Harapannya program MBG di Indonesia juga bisa berdampak yang sama terhadap kualitas kecerdasan ana-anak Indonesia. Tentunya masyarakat menyambut sangat baik dengan akan adanya program MBG di Indonesia. 

Dengan pengalaman program yang sudah berjalan di Indonesia, seperti Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS) atau Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS), semoga secara bertahap program MBG tersebut dapat berjalan mulai 2025 sesuai rencana dan target dan berberkelanjutan seperti yang sudah berjalan di negara Jepang.


إرسال تعليق