Oleh : Bambang Imam
Program ketahanan pangan melalui pembangunan jaringan irigasi air dangkal merupakan upaya strategis untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan menyediakan akses air yang cukup bagi lahan pertanian, irigasi air dangkal berperan penting dalam mengurangi ketergantungan petani terhadap curah hujan. Pembangunan infrastruktur ini diharapkan mampu meningkatkan hasil panen dan mendukung keberlanjutan produksi pangan lokal.
Jaringan irigasi air dangkal ini menggunakan teknologi yang lebih sederhana dan efisien dalam hal biaya dan perawatan dibandingkan dengan sistem irigasi besar. Dengan kedalaman air yang relatif dangkal, jaringan ini mampu mendistribusikan air secara merata ke lahan-lahan pertanian yang membutuhkan, bahkan di daerah yang sulit terjangkau oleh sistem irigasi konvensional. Pembangunan ini juga bisa memanfaatkan sumber air yang terbatas secara optimal, seperti air tanah dangkal atau aliran sungai kecil.
Program ini tidak hanya berdampak pada peningkatan hasil pertanian, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan petani lokal. Dengan adanya pasokan air yang lebih stabil, petani dapat mengelola tanamannya dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi. Pada akhirnya, program irigasi air dangkal ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional, menjaga stabilitas harga pangan, dan mendukung pembangunan ekonomi pedesaan secara berkelanjutan.
Tahun 2023, Kementerian Keuangan melalui DAK Fisik telah mengalokasikan dana sebesar Rp50.800.000.000,- untuk membangun jaringan Irigasi Air Tanah Dangkal sebanyak 305 lokasi di beberapa wilayah di Indonesia.
Berdasarkan hasil monitoring ke salah satu lokasi pembangunan jaringan irigasi air tanah dangkal di Kab. Gunung Kidul, diperoleh informasi :
- Proyek DAK telah dilaksanakan untuk membangun jaringan irigasi air tanah dangkal dengan output berupa bendungan, jaringan perpipaan primer, dan jaringan perpipaan sekunder.
- Satu Output jaringan irigasi air dangkal dibuat untuk memenuhi kebutuhan pengairan untuk lahan pertanian seluas 40 hektar.
- Target pembangunan jaringan irigasi ini untuk meningkatkan frekuensi penanaman pagi dari satu kali panen berdasarkan musim hujan, menjadi 2 kali panen berdasarkan musim tanam.
- Output sudah dimanfaatkan, namun masih kurang dari separuh target. hal ini disebabkan karena masih diperlukannya waktu untuk mengubah perilaku dan mindset masyarakat, terkait cost benefit penggunaan air untuk meningkatkan frekuensi tanam padi di musim tanam.
- Pemanfaatan Output juga belum optimal karena belum terbangunnya kebutuhan akan saluran irigasi tersier untuk mengalirkan air dari reservoir ke petak-petak sawah.